Selasa, 17 November 2009

Adakah Makhluk Yang di sebut "THE GOD"???

Thanks to : The Titan buat infonya.


Untuk menulis artikel ini diperlukan keberanian, demikian pula untuk membacanya. Mengapa? Karena teorinya serta pembuktian dari teori-teori itu tidak cocok dengan mosaik arkeologi tradisionil yang telah dengan susah payah disemen dengan tangguhnya. Para sarjana akan menyebutnya omong kosong dan akan memasukkannya ke dalam buku daftar kata-kata yang sebaiknya tak usah disebut di sini. Orang awam akan menyembunyikan dirinya bila mereka dihadapkan kepada kemungkinan untuk menyelidiki masa lampau.

Namun demikian, ada satu hal yang sudah pasti yakni sesuatu yang tidak konsisten, tentang masa lampau kita itu; tentang masa lampau ribuan juta tahun yang telah silam. Masa lampau yang penuh dengan Dewa yang pernah mengunjungi bumi ini dengan mengendarai kapal ruang angkasa. Kemajuan tehnik tak terbilang pesatnya di masa yang telah silam itu. Banyak sekali pengetahuan masa lampau itu yang sekarang baru sebagian saja yang dapat kita temukan kembali.
Mengapa? Karena manusia telah menemukan atau mengetahui batere sumber listrik ribuan tahun yang lalu. Karena kita telah menemukan makhluk aneh berpakaian ruang angkasa yang sempurna dengan kancing-kancing plating.





Ciri dari setiap agama ialah bahwa agama itu menjanjikan bantuan dan keselamatan kepada manusia. Dewa-dewa primitif pun memberikan janji-janji demikian. Mengapa para dewa primitif itu tidak menepati janji-janjinya ? Mengapa mereka telah menggunakan senjata ultra modern terhadap manusia primitif? Mengapa para dewa itu merencanakan pemusnahan manusia primitif ? Mari kita membiasakan diri berpikir bahwa alam khayalan yang telah tumbuh dalam ribuan tahun ini suatu waktu akan ambruk.

Penelitian yang tepat selama beberapa tahun saja telah meruntuhkan bangunan mental kita yang kokoh itu. Ilmu pengetahuan yang tersembunyi dalam perpustakaan masyarakat yang serba rahasia itu sekarang telah banyak yang ditemukan. Abad penjelajahan angkasa luar sudah bukan lagi abad serba rahasia. Kita sekarang telah dapat mendaratkan manusia di bulan. Dengan penjelajahan mengangkasa, kita mencita-citakan untuk mencapai matahari dan bintang-bintang. Dengan itu pula kita menduga atau mengukur kedalaman “Jurang-jurang” masa lampau kita.

Para dewa, para pendeta, raja-raja serta pahlawan-pahlawan bermunculan dari kegelapan. Kita harus menentang supaya mereka membuka tabir rahasia mereka, kalau kita mau mempunyai cara untuk mengungkap masa lampau kita tanpa meninggalkan jurang pemisah. Laboratorium modern harus mengambil alih tugas penelitian arkeologi kita. Para akhli arkeologi harus mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang telah rusak dan hancur dengan membawa alat-alat pengukur yang sangat peka. Para pendeta yang mencari kebenaran harus mulai lagi meragukan kebenaran-kebenaran yang telah ditetapkan pasti benarnya.

Para dewa dari masa silam yang kelam suram itu telah meninggalkan bekas serta jejak yang tak terhitung banyaknya, yang baru sekarang untuk pertama kalinya dapat kita baca dan terjemahkan karena bagi manusia dimasa ribuan tahun yang lalu, persoalan penjelajahan angkasa bukanlah masalah melainkan suatu pernyataan saja.





Zecharia Sitchin, lahir di russia kira-kira tahun 1920an... adalah pengarang teori astronot kuno (Ancient Astronaut Theory) dari asal muasal manusia.

Sekilas memang apa yang diutarakannya mirip dongeng atau karangan orang yg memiliki keterbelakangan/kelainan mental, namun thesis yang dilemparkannya itu didasarkan pada legenda-legenda dan pengetahuan dari bangsa Sumeria kuno. Selain itu ia juga mengambil petikan-petikan dari Kitab Perjanjian Lama, dimana menurutnya kejadian-kejadian itu sebenarnya merupakan ilustrasi dari kontak antara manusia dengan extraterrestrial (ET).

Salah satu hal yg mendorong lahirnya "kegilaan" teori ini salah satunya bila kita melihat kemajuan pengetahuan astronomi bangsa Sumeria yg memang membuat takjub manusia modern, misalnya mereka mengetahui benda-benda langit tanpa bantuan teleskop, terus mereka yakin kalo sabuk asteroid (darimana coba, mereka tau?) itu berasal dari sebuah planet yang hancur, yang disebut Tiamat, yang hancur karena bertubrukan dengan bulan dari Nibiru.

Selain itu bangsa Sumeria juga mengenal banyak sekali keberadaan benda-benda angkasa lainnya yang beberapa diantaranya sampe sekarang belum dapat dibuktikan keberadaannya secara sains modern.

Erich Von Daniken, seorang pengarang terlaris dan pendukung teori kunjungan ET di jaman purbakala, memberitahu kita mengenai Dogon, sebuah suku primitif di Afrika Barat yang sekarang tinggal di Mali. Nampaknya selama ribuan tahun Dogon telah menceritakan mitos penciptaan yang sama yang menyebutkan bahwa mereka berasal dari sebuah planet yang jauh.

Dan dalam Kitab Suci, apakah bahkan para malaikatpun adalah ET? Dikatakan bahwa mereka adalah ‘pembawa pesan’ dari Allah dan datang dari langit. Para pakar UFO mengingatkan kita bahwa Danial menyebut mereka ‘para pengawas’ dan tertulis bahwa mereka diijinkan untuk menikahi dan memakan makanan manusia.

Dan bagaimana mengenai tangga Yakub? Dalam bukunya Pencarian Makhluk Luar Angkasa, Alan Landsburg mengingatkan kita bagaimana Yakub ‘…mulai bermimpi, dan lihat! Ada sebuah tangga yang diletakkan di atas bumi dan puncaknya mencapai ke langit; dan lihat! Ada malaikat-malaikat Tuhan yang naik turun di atasnya.’ Apakah mungkin Yakub melihat ET menggunakan alat transportasi angkasa jaman dahulu ke dan dari bumi?

Dan bagaimana mengenai peramal lainnya dalam Perjanjian Lama, Elia? Pada waktu dikatakan bahwa ia dibawa ke langit dalam sebuah ‘kereta kuda yang berapi-api’, sejumlah orang mengatakan, bahwa ini mungkin adalah sebuah jargon umum kitab suci untuk mengatakan bahwa ia meninggalkan bumi dalam sebuah UFO.

Para peneliti mengatakan bahwa tulisan-tulisan Sansekerta India kuno, juga, memberikan bukti yang berharga bagi teori kunjungan ET ke bumi di jaman dahulu. Banyak tulisan-tulisan Vedic dan Hindu kuno yang menyebutkan mesin-mesin terbang besi yang disebut Vimana. Bahkan dinyatakan bahwa ada sebuah tulisan kuno yang menceritakan secara detil bagaimana membuat pesawat-pesawat yang menakjubkan ini dan pelajaran latihan menerbangkannya! Tetapi Anda menanyakan, lupakanlah pesawat terbang canggih seperti itu, bagaimanakah orang-orang jaman dahulu itu bisa sampai pada teknologi untuk membuat sebuah mesin terbang?

Adakah "MAKHLUK CERDAS" Selain di Bumi?
Apakah masuk akal kalau dikatakan bahwa kita penduduk dunia pada abad ke dua puluh satu ini bukanlah satu-satunya makhluk hidup jenis manusia yang ada di alam semesta ini ? May be yes, may be....

Setelah kita menyelidiki hasil penemuan dan penelitian terakhir, maka pertanyaan seperti itu akan semakin banyak jumlah dan ragamnya. Dulu ada anggapan bahwa kehidupan hanya dapat tumbuh subur dalam keadaan seperti di bumi ini sekarang, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, airnya berlimpah-limpah; persediaan oksigennya tak terbatas, alamnya senantiasa di remajakan kembali oleh proses-proses organis.

Salah sekali jika orang menduga bahwa ke hidupan tak mungkin tanpa air dan oksigen, sebab di Bumi kita pun terdapat bentuk kehidupan yang tidak memerlukan oksigen, yakni yang di sebut bakteri-bakteri anaerobik. Oksigen dalam jumlah tertentu dapat meracuni bakteri-bakteri semacam ini. Dengan adanya dorongan dari ilmu pengetahuan baru yang dicapai tiap hari, kita harus berusaha supaya alam pikiran kita tetap uptodate. Assumsi bahwa kehidupan hanya dapat ada dan berkembang di atas planet seperti Bumi ini, sudah tak dapat dipertahankan lagi. Mengapa tidak mungkin ada kehidupan yang lebih tinggi tingkatnya, yang tidak memerlukan oksigen?

Bumi yang kecil saja mempunyai keragaman bentuk kehidupan. Apalagi di jagad raya ini. Di malam hari yang cerah dengan mata telanjang, orang akan dapat melihat kira-kira 4.500 bintang. Tetapi dengan menggunakan teleskop dari observatorium terkecil akan tampak hampir 2.000.000 bintang. Anggap saja 1 bintang hanya memiliki 5 planet yang mengorbit. Berarti dari 2 juta bintang yang kelihatan oleh teleskop saja sudah ada 10 juta planet.

Misalnya dari 1000 planet hanya ada 1 yang memenuhi syarat seperti Bumi, berarti sudah ada 10.000 planet yang layak untuk hidup. Apakah dari 10.000 planet tersebut, yang paling maju adalah kehidupan bumi?

Anggaplah Bumi adalah planet paling maju. Sekarang kita mencoba melihat ke masa depan, dimana manusia sudah bisa menciptakan pesawat ruang angkasa yang bisa melaju dengan kecepatan cahaya. Misalnya saja ada sekelompok ilmuwan Bumi yang melakukan perjalanan antar bintang, dan mereka harus singgah di planet-planet tertentu untuk mengisi bahan bakar.

Planet yang dipilih kebetulan kaya akan sumber daya alam untuk diuraikan jadi bahan bakar kimiawi untuk pesawat. Tapi ternyata planet tersebut juga memiliki kehidupan yang mirip Bumi, tapi peradaban mereka sangat primitif. Makhluk hidup ini sedang membuat alat-alat dari batu, mereka sedang memburu dan membunuh marga satwa dengan menggunakan tombak, biri-biri dan kambing kelihatan bergerombol sedang merumput di padang rumput, para perajin kelihatan sedang membuat alat-alat sederhana untuk keperluan rumah tangga.

Wajah aneh mereka menyambut kedatangan para astronot kita. Tetapi apa yang dipikirkan oleh makhluk primitif dari planet itu tentang benda aneh yang baru saja mendarat di sana, dan sosok-sosok tubuh yang ke luar dari benda aneh itu dianggapnya apa?

Penghuni planet itu sambil sembunyi di tempat mau mengamati para wisatawan ruang angkasa kita, yang memakai topi aneh, topi bertanduk sebatang logam, helm berantena, mereka keheran-heranan ketika malam gelap gulita menjadi terang benderang seperti siang oleh lampu-lampu sorot/pencari, mereka ngeri melihat orang asing itu di mana dapat dengan mudahnya membumbung ke atas dengan sabuk roket, mereka menyembunyikan lagi kepalanya ke dalam tanah ketika pesawat menderu, mendengus dan mendengung, membumbung tinggi ke atas, dan akhirnya mereka lari menuju tempat pengungsian dalam gua-gua ketika terdengar suara menggelegar dan menakutkan dari gunung-gunung karena ledakan percobaan. Tak ayal lagi para astronot kita itu pasti dianggap dewa yang sakti oleh makhluk primitif ini!

Sehari-harian para wisatawan ruang angkasa kita ini melakukan pekerjaan mereka yang sulit rumit itu, dan setelah lewat beberapa waktu, barangkali datanglah delegasi yang terdiri dari para pendeta dan dukun-dukun mendekati para astronot itu dengan maksud mengadakan hubungan langsung dengan para dewa. Mereka membawa sesajen-sesajen untuk menghormati atau menyembah para tamu mereka. Masuk akal kiranya kalau angkasawan kita itu akan dengan cepat mempelajari bahasa penduduk setempat dengan menggunakan komputer, sehingga mereka dapat mengucapkan terimakasih atas keramahan tuan rumah.

Namun walaupun diterangkan kepada manusia setengah beradab ini dalam bahasa mereka, bahwa sebenarnya tidak ada dewa yang datang mendarat, bahwa tidak ada makhluk dari yang datang berkunjung ke sana yang lebih tinggi derajatnya dan patut dikagumi; tetap tidak berhasil. Teman-teman primitip kita itu tetap tidak percaya.

Para wisatawan ruang angkasa itu datang dari bintang-bintang lain, mereka nyata sekali mempunyai kekuatan yang dahsyat dan mampu untuk memperlihatkan kekuatan-kekuatan gaib. Mereka itu pasti para dewa, demikian anggapan penduduk planet itu. Dalam usaha para angkasawan itu untuk menjelaskan segala sesuatunya tak berhasil mencapai titik temu pembicaraan untuk dapat menawarkan bantuan apa saja kepada penduduk itu. Pokok pembicaraan semacam itu sama sekali tak terpikirkan oleh penduduk yang telah dikejutkan oleh kedatangan para wisatawan ruang angkasa itu. Sekalipun tak mungkin untuk membayangkan semua hal yang bakal terjadi, tetapi sejak hari pendaratan hal berikut ini kiranya dapat memberikan gambaran tentang rencana yang telah dipikirkan sebelumnya.

Sebagian dari penduduk dapat dibujuk dan dilatih untuk membantu dalam penelitian sebuah kawah yang terjadi karena ledakan untuk mendapatkan bahan-bahan yang dapat diuraikan secara kimiawi, sehingga dapat digunakan, sebagai bahan bakar untuk pulang ke bumi. Orang yang paling cerdas di antara penduduk mungkin dipilih menjadi "Nabi" atau “Raja”. Sebagai ciri yang dilihat tentang kemampuannya, mungkin ia diberi sebuah pesawat radio sebagai alat untuk berkomunikasi dengan para dewa itu.

Para astronot kita itu mungkin mencoba mengajarkan bentuk-bentuk peradaban sederhana dan konsep-konsep moral kepada mereka, untuk memudahkan perkembangan tata sosial. Beberapa wanita pilihan mungkin dinikahi oleh para astronot. Jadi mungkin timbul suatu ras baru yang melompati suatu fase atau tahap dalam evolusi bangsa secara alamiah.

Dari perkembangan kita sendiri dapat kita ketahui berapa lamanya waktu yang diperlukan untuk mendidik ras ini menjadi akhli ruang angkasa. Karena itu sebelum para astronot kita terbang kembali ke Bumi, mungkin mereka meninggalkan suatu tanda yang dapat dilihat dengan jelas dan yang hanya dapat dipahami jauh di masa mendatang oleh masyarakat yang taraf pengetahuannya di bidang tehnik dan matematika sudah tinggi.

Sementara kapal ruang angkasa para ilmuwan kita menghilang ke dalam kabut alam semesta, teman kita di planet itu akan berceritera tentang keajaiban yang baru terjadi; “Para dewa itu pernah ada di sini”. Mereka akan menterjemahkan keajaiban itu ke dalam bahasa mereka yang sederhana dan menjadikannya sebagai suatu hikayat yang akan diwariskan turun-temurun kepada anak cucu mereka; akan menjadi tanda kenang-kenangan, dan segala apa yang ditinggalkan para wisatawan ruang angkasa itu akan mereka jadikan sebagai benda pusaka yang keramat.

Sekarang kita kembali ke peradaban di Bumi, masa sekarang. Kita coba untuk mengambil dan menguasai harta peninggalan yang diwariskan oleh para dewa itu. Pada awal abad ke-18, di istana Topkapi Turki, ditemukan peta-peta kuno. Peta itu adalah milik seorang perwira tinggi Angkatan Laut Turki Laksamana Piri Reis. Dua buah atlas yang disimpan di perpustakaan negara di Berlin yang memuat gambar tang tepat dari laut Tengah dan daerah sekitar laut Mati, juga berasal dari Laksamana Piri Reis ini.

Semua peta ini telah diserahkan kepada Arlington H. Mallerey seorang Kartograf Amerika untuk diteliti. Mallerey memperkuat fakta yang luar biasa bahwa semua data geografi terdapat pada peta-peta itu, tetapi tidak digambar pada tempat yang semestinya. Ia minta bantuan dari Walters seorang kartograf dari Biro Hidrografi Angkatan Laut Amerika Serikat. Mallerey dan Walters bersama-sama menyusun suatu skala dan mentransformasikan peta itu menjadi bola dunia. Mereka membuat penemuan yang menggemparkan. Petanya memang cermat, bukan hanya mengenai Laut Tengah dan Laut Mati saja melainkan pantai-pantai Amerika Utara dan Selatan bahkan garis-garis tinggi Permukaan Samudra Antartika pun dilukiskan dengan persis sekali pada peta Piri Reis itu. Peta itu bukan hanya memproduksikan garis besarnya benua-benua melainkan juga topografi dari daerah-daerah pedalaman. Pegunungan, puncak gunung, pulau, sungai dan dataran tinggi; semuanya digambarkan de ngan ketepatan yang luar biasa.




http://villegagnons-plaisance.com/60...rpretation.jpe
(Karena preview perbandingan gambar peta Piri Reis dengan peta dunia sekarang terlalu gede, gue kasih dalam bentuk link aja)

Dalam tahun 1957 Tahun Geografis, peta-peta itu diserahkan kepada Bapak Jesnit Lineham, yang menjabat direktur dari Weston Observatory merangkap juru potret pada Angkatan Laut Amerika Serikat. Setelah memeriksanya dengan cermat, Bapak Lineham pun hanya dapat memperkuat ketepatannya yang fantastis itu bahkan sampai mengenai daerah daerah yang di masa sekarang jarang se kali dipelajari. Yang paling menonjol ialah bahwa pegunungan di Antartika yang baru ditemukan pada tahun 1952, dalam peta Reis telah terdapat. Pegunungan itu telah tertutup oleh es beratus-ratus tahun lamanya . Peta kita sekarang dibuat berdasar kan hasil pemetaan dengan menggunakan alat-alat gema suara.

Setelah diadakan perbandingan dengan hasil pemotretan bulatan dunia kita yang di lakukan secara modern dari satelit, perbandingan itu menunjukkan bahwa peta aslinya dari Piri Reis itu pasti telah dibuat berdasarkan hasil pemotretan dari udara dengan ketinggian yang jauh sekali. Nah! Bagaimana menjelaskan hal demikian itu?

Sebuah kapal ruang angkasa terbang diam di atas Kairo dan membidikkan kameranya lurus ke bawah. Setelah filmnya dicuci maka akan terdapat gambaran ini; segala sesuatu yang ada dalam radius kira-kira 5.000 mil dari Kairo akan direproduksikan secara tepat, karena semuanya ada di bawah lensa. Tetapi negara-negara dan benua-benua di luar radius itu akan berubah reproduksinya dari keadaan sebenarnya. Semakin jauh pandangan kita dari titik pusat gambar, semakin banyak penyimpangan atau perubahan gambarnya. Mengapa ini semua? karena bumi ini berbentuk bulatan, benua-benua yang jauh dari titik pusat “tenggelam ke bawah”.

Diakui bahwa peta milik Laksamana Turki itu tidak originil. Peta itu entah merupakan salinan keberapa kalinya. Namun demikian sekalipun misalnya peta itu telah ada sejak abad ke delapan belas, jadi ketika ditemukan baru saja selesai dibuat, kenyataan-kenyataan ini semua sama saja, tidak dapat dijelaskan. Siapapun yang telah membuatnya, orang itu pasti telah pernah mampu mengudara dan mampu memotret dari udara. Dan seingat saya pada abad ke-18, manusia masih belum menciptakan Apollo.

Harus bagaimana kita menerangkan itu? Haruskah kita merasa puas dengan legenda yang di ceritakan oleh seorang dewa kepada seorang pendeta tinggi? Atau kita harus berani mengusik sarang tawon dan menyatakan bahwa kartografi dari bola dunia kita itu dibuat dari pesawat udara yang terbang tinggi atau dari suatu kapal ruang angkasa?

Selain peta Piri Reis, masih banyak lagi peninggalan "keramat" yang diberikan Wisatawan Purbakala untuk dipelajari anak didik mereka. Tiap usaha untuk mengingatkan anak didik itu akan bahaya yang terkandung di dalam ilmu yang sudah mereka wariskan sedikit sekali kemungkinannya untuk berhasil. Sekalipun kita diperlihatkan film-film yang mengerikan tentang peperangan antara planet dan ledakan ledakan atom, usaha itu tak akan dapat mencegah perbuatan tolol yang dilakukan para penguasa di Bumi, misalnya terus-menerus bermain dengan nyala api peperangan yang dapat membakar itu.

1 komentar: