Banjir Luoding 2009
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Banjir Luoding 2009 (罗定船步水灾) adalah banjir besar yang melanda Luoding, Guandong di Republik Rakyat Cina pada 17 September 2009.[1] Permukaan air naik karena hujan dari Badai Koppu. Badai ini menerjang Cina Selatan yang mengakibatkan hujan deras, tanah longsor dan tumpahan minyak.[1]
Kebakaran besar Australia 2009
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rekaman satelit kebakaran besar yang melanda Victoria 2009
Kebakaran besar Australia 2009 merupakan bencana kebakaran yang melanda banyak wilayah di negara bagian Victoria dan sebagian kecil South Australia dan New South Wales, Australia, pada bulan Februari 2009.
Berdasarkan peta satelit terlihat bahwa api bermula dari kebakaran semak meluas dengan cepat akibat angin kencang dan udara kering musim panas. Kebakaran ini kemudian melanda hutan dan pemukiman warga dan hingga 9 Februari 2009 telah menelan sedikitnya 170 korban jiwa, membakar habis sekitar 700 rumah dan mencakup wilayah seluas kurang lebih 3000 km persegi. [1] Listrik di Melbourne dan sekitarnya terputus. Victoria dinyatakan zebagai zona bencana. Hingga minggu terakhir bulan Februari telah tercatat 210 orang tewas.[2] Terdapat pula dua orang warga negara Indonesia, Rudi dan Dian Lesmana, di antara korban yang dinyatakan hilang.[3]
Melihat besarnya korban, Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, sampai menyatakan "pembunuhan massal" akibat terlihat indikasi bahwa sebagian kebakaran yang terjadi dilakukan dengan sengaja. Seorang bernama Brendan Sokaluk dari region Gippsland ditahan karena polisi menyangkanya sebagai pelaku pembakaran di kota Churchill, Victoria.[4]
Peristiwa ini memaksa Australia harus memperbaiki aturan keamanan kebakarannya. [5]. Sekitar 150-an tokoh perfilman, aktor, olah raga, politik, dan permusikan menggelar acara penggalangan dana untuk membantu para korban dan pemerintah Australia menyatakan tanggal 15 Februari 2009 sebagai hari berkabung nasional bagi para korban bencana ini. [4]
Gempa Padang Indonesia
Efek gempa
Tekanan Tropika Auring
Tekanan Auring tropika berlaku pada 30 Disember 2008, di tenggara Manila ,Filipina. Hujan lebat menyebabkan banjir di timur Filipina. Dua orang telah terbunuh dan sembilan orang lain hilang.[19] Sejumlah 305 buah rumah telah musnah dan 610 rosak teruk.53 hektar [sawah padi]], 3.5 hektar ladang jagung telah musnah. Nasib 43,851 orang telah terjejas
Seramai 473 penumpang dan beberapa kenderaan terkandas di Liloan dan Ormoc kerana perjalanan feri dibatalkan.1,600 orang penumpang di Cebu turut terkandas.Pada 14 Februari angin kencang merentasi Selatan Luzon, rantau Bicol, dan Visayas dan menghilang. Hujan disertai banjir lumpur di pulau Cebu
Taufan Kujira
Taufan Kujira atau nam lainnya 'Dante' berlaku pada 26 April 2009 pantai Pembandela, tengah Filipina. Tanah runtuh turut berlaku di Albay. PAGASA menamakan tekanan ini sebagai 'Dante'.Amaran diberikan di Camarines Norte, Camarines Sur, Albay, Sorsogon, Catanduanes, Masbate, pulau Burias dan Quezon Selatan.Tanah runtuh turut berlaku di Sorsogon di wilayah Bicol Filipina.Ribut tropika ini dinamakan Taufan Kujira.
Pada 12 Mei 2009, diumumkan 28 mayat , 1 hilang dan 5 cedera. Ia menjejaskan 383,457 orang, 60 bandar, dan 4 bandaraya dalam 5 wilayah.
Taufan Chan-hom (Emong)
Pada 1 Mei 2009, angin perolakan mengganggu tenggara Nha Trang, Vietnam .Mulanya dinamakan Ribut Chan-hom. Kemudian pada 4 Mei 2009 , Chan-hom bertukar menjadi ribut tropika teruk. Pada 6 Mei, ia dinamakan 'Emong' di Filipina. Pada 7 Mei, PAGASA melaporkan yang Chan-hom telah menyebabkan tanah runtuh utara Bolinao, Pangasinan.Kemudian membadai di Kesatuan La, Ilocos Sur, Benguet, Nueva Vizcaya, Ifugao, Kalinga dan Isabela. Pangasinan merekodkan hujan 150mm.Kira-kira 204,000 orang terjejas, 23280 buah rumah rosak ,6080 betul-betul rosak dan 17200 rosak di Pangasinan.11 tanah runtuh berlaku di Zambales dan Cagayan.
Banjir Besar Di Jeddah Dan Tanda-Tanda Kiamat
Selasa, 01/12/2009 16:56 WIB Cetak |
Kirim |
RSS Bencana berupa banjir besar di Jeddah beberapa waktu yang lalu telah menimbulkan kehebohan. Peristiwa yang terjadi persis pada saat jamaah haji sedang bersiap-siap untuk wukuf di Arafah tentunya tidak terlepas dari fenomena global climate change (perubahan iklim dunia) khususnya global warming (pemanasan global). Global warming telah menimbulkan berbagai anomali iklim di berbagai sudut dunia. Di satu sisi negeri-negeri yang biasanya dibasahi hujan mengalami kekeringan yang luar biasa. Sementara itu negeri-negeri yang biasanya diterpa panas disertai kelembaban udara rendah justru diguyur hujan hingga kadangkala mengakibatkan banjir. Untuk kasus Jeddah maka fenomena kedualah yang terjadi. Namun bolehkah kita merasa puas hanya dengan penjelasan ilmiah para pakar klimatologi dan laporan resmi institusi seperti BMKG?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar